“Hani tolong ambilkan obat bunda dong cantik” pinta bunda
dari kamarnya. Aku yang sedang membaca komik baruku segera bangkit dan menuju dapur untuk mengambil obat batuk bunda. “Iya bunda,” aku menuju dapur untuk mengambil obat bunda dan sendok makan. “Ini bun”
aku membuka pintu kamar bunda dan segera menyuapkan sesendok obat pada bunda.
“Terimakasih Hani Khalista, kak Sarah mana?” tanya bunda sambil
membenarkan susunan bantalnya yang berantakan. “Mana aku tahu bun,
paling-paling main sama temanya di kafe” jawabku sambil membereskan meja rias bunda.
Semenjak Papa meninggal dua tahun yang lalu, bunda yang
bekerja siang malam. Bunda selalu pulang malam. Bunda pun jadi sering sakit.
Kemarin saja bunda baru pulang dinas dari Raja Ampat, sekarang langsung sakit. Kadang
–kadang bunda sakit bisa sampai seminggu bahkan sebulan lamanya. Ditambah lagi,
kak Sarah yang hobinya travelling dan shoping-shoping selalu pergi-pergi dan
minta ini dan itu pada bunda. Kalau tidak minta aksesoris, baju, dan komik
pasti minta uang untuk makan-makan dan belanja-belanja di mall bareng
teman-temanya. Kalau tidak dibolehkan ngambek. Sikapnya seperti anak kecil
menurut Hani.
Pagi ini, hari minggu. Hani sarapan berdua dengan kak Sarah.
Bunda sarapan di kamar karena tidak kuat bangun apalagi berjalan ke meja makan.
“Hani,mau ikut kakak nggak ke mall siang ini, kakak mau beli baju baru nih buat
liburan nanti, kalau soal uangnya berees..tinggal minta sama bunda” bisik kak
Sarah menawarkan sambil mengedipkan sebelah mata ke adik semata wayangnya. “Nggak ah kak, kakak pergi ke mall terus, dan pastinya uang
selalu minta bunda” jawab Hani balas berbisik. Tatatapan matanya tajam mengarah ke kakaknya. Kak Sarah langsung membantah,"memang
kewajiban seorang ibu kok memenuhi kebutuhan anaknya." "Terserah kakak lah” Hani mengakhiri obrolanya dengan kesal.
Siang ini, sesuai dugaan Hani, kak Sarah meminta uang untuk
pergi ke mall membeli baju baru, novel, komik, dan tak lupa untuk jajan dan
makan di restoran. Hani hanya bisa mendengus melihat sikap kakaknya yang boros.
“Bunda, kenapa selalu memberi uang pada kak Sarah?” tanya Hani pada bunda.
“Karena bunda sayang” jawab bunda sambil tersenyum. “Maksudnya?” Hani tidak
mengerti. “Bunda memberi uang pada kak Sarah karena bunda sayang, bunda memberi
uang jajan pada kamu karena bunda sayang, semua bunda lakukan demi anak-anak
bunda” jelas bunda dengan mata berkaca-kaca. “Dulu saat bunda seumur Hani, bunda hanya mendapat uang
maksimal sepuluh ribu perminggu, apakah Hani bisa bayangkan jajan hanya satu
jenis, bekal pun tidak bawa” bunda berusaha menahan tangis. “Dulu, nenek tidak bisa memasak,
hanya kakek yang bisa, saat kakek meninggal,bunda baru seumur kamu, jadi karena dulu bunda hanya orang sederhana dan nenek tidak bisa mememasak, bunda tidak dibawakan sangu
oleh nenek, sebagai gantinya nenek memberikan uang saku sepuluh ribu
perminggu” bunda bercerita panjang lebar. “Jadi kamu harus bersyukur karena bunda masih ada uang, Hani” bunda membelaiku. “Terimakasih bunda” aku memeluk bunda penuh kasih
sayang.
“Hani janji tidak akan melupakan jasa bunda” aku memeluk
bunda lebih erat. “Teriamaksih Hani” bunda menagis bahagia. "Tapi, bunda janji jangan mengeluarkan uang terlalu banyak untuk kak Sarah agar Kak Sarah mengubah sikapnya memboros" terang Hani sambil mengacungkan telunjuknya."Iya, bunda janji, tapi Hani juga bantu kak Sarah berubah ya" bunda mengaitkan kelingkingnya ke kelingkingku.“I love you, bunda”
aku berbisik penuh rasa haru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar