Rabu, 16 Mei 2018

KASIH SAYANG BUNDA



“Hani tolong ambilkan obat bunda dong cantik” pinta bunda dari kamarnya. Aku yang sedang membaca komik baruku segera bangkit dan menuju dapur untuk mengambil obat batuk bunda. “Iya bunda,” aku menuju dapur untuk mengambil obat bunda dan sendok makan. “Ini bun” aku membuka pintu kamar bunda dan segera menyuapkan sesendok obat pada bunda. “Terimakasih Hani Khalista, kak Sarah mana?” tanya bunda sambil membenarkan susunan bantalnya yang berantakan. “Mana aku tahu bun, paling-paling main sama temanya di kafe” jawabku sambil membereskan meja rias bunda.
Semenjak Papa meninggal dua tahun yang lalu, bunda yang bekerja siang malam. Bunda selalu pulang malam. Bunda pun jadi sering sakit. Kemarin saja bunda baru pulang dinas dari Raja Ampat, sekarang langsung sakit. Kadang –kadang bunda sakit bisa sampai seminggu bahkan sebulan lamanya. Ditambah lagi, kak Sarah yang hobinya travelling dan shoping-shoping selalu pergi-pergi dan minta ini dan itu pada bunda. Kalau tidak minta aksesoris, baju, dan komik pasti minta uang untuk makan-makan dan belanja-belanja di mall bareng teman-temanya. Kalau tidak dibolehkan ngambek. Sikapnya seperti anak kecil menurut Hani.
Pagi ini, hari minggu. Hani sarapan berdua dengan kak Sarah. Bunda sarapan di kamar karena tidak kuat bangun apalagi berjalan ke meja makan. “Hani,mau ikut kakak nggak ke mall siang ini, kakak mau beli baju baru nih buat liburan nanti, kalau soal uangnya berees..tinggal minta sama bunda” bisik kak Sarah menawarkan sambil mengedipkan sebelah mata ke adik semata wayangnya. “Nggak ah kak, kakak pergi ke mall terus, dan pastinya uang selalu minta bunda” jawab Hani balas berbisik. Tatatapan matanya tajam mengarah ke kakaknya. Kak Sarah langsung membantah,"memang kewajiban seorang ibu kok memenuhi kebutuhan anaknya." "Terserah kakak lah” Hani mengakhiri obrolanya dengan kesal.

Siang ini, sesuai dugaan Hani, kak Sarah meminta uang untuk pergi ke mall membeli baju baru, novel, komik, dan tak lupa untuk jajan dan makan di restoran. Hani hanya bisa mendengus melihat sikap kakaknya yang boros. “Bunda, kenapa selalu memberi uang pada kak Sarah?” tanya Hani pada bunda. “Karena bunda sayang” jawab bunda sambil tersenyum. “Maksudnya?” Hani tidak mengerti. “Bunda memberi uang pada kak Sarah karena bunda sayang, bunda memberi uang jajan pada kamu karena bunda sayang, semua bunda lakukan demi anak-anak bunda” jelas bunda dengan mata berkaca-kaca. “Dulu saat  bunda seumur Hani, bunda hanya mendapat uang maksimal sepuluh ribu perminggu, apakah Hani bisa bayangkan jajan hanya satu jenis, bekal pun tidak bawa” bunda berusaha menahan tangis. “Dulu, nenek tidak bisa memasak, hanya kakek yang bisa, saat kakek meninggal,bunda   baru seumur kamu, jadi karena dulu bunda hanya orang sederhana dan nenek tidak bisa mememasak, bunda tidak dibawakan sangu oleh nenek, sebagai gantinya nenek memberikan uang saku sepuluh ribu perminggu”  bunda bercerita panjang lebar. “Jadi kamu harus bersyukur karena bunda masih ada uang, Hani” bunda membelaiku. “Terimakasih bunda” aku memeluk bunda penuh kasih sayang.
“Hani janji tidak akan melupakan jasa bunda” aku memeluk bunda lebih erat. “Teriamaksih Hani” bunda menagis bahagia. "Tapi, bunda janji jangan mengeluarkan uang terlalu banyak untuk kak Sarah agar Kak Sarah mengubah sikapnya memboros" terang Hani sambil mengacungkan telunjuknya."Iya, bunda janji, tapi Hani juga bantu kak Sarah berubah ya" bunda mengaitkan kelingkingnya ke kelingkingku.“I love you, bunda” aku berbisik penuh rasa haru.

Selasa, 15 Mei 2018

MUFFIN COKELAT UNTUK MAMA



Melly menatap celenganya. Celengan plastik berbentuk sapi milik Melly. Dia bingung akan memberi hadiah apa untuk mamanya yang seminggu lagi akan bertambah umur.

 Tahun sebelumnya, Melly memberikan mamanya tas selempang berwarna pink muda yang berenda pink tua. Tahun ini, dia masih bingung ingin memberikan hadiah apa.

“Melly sudah sholat dzuhur belum?” tanya mama yang sudah memasuki kamar Melly. “Eh, oh, sudah dong ma” jawab Melly terkejut. “Oh, ya sudah mama mau reuni SMA dulu di mall Bintaro Plazza, kamu ikut nggak?” tanya mama lagi. Mama sudah rapi dengan dress selutut berwarna biru muda, dan sepatu high heels berwarna hitam.
“Tidak ma, Melly dirumah saja” jawab Melly lembut. “Oh, baiklah mama pergi dulu ya, Assalamualaikum” pamit mama sambil menutup pintu kamarku. Setelah memastikan mama sudah pergi, Melly segera memecahkan celengan plastiknya. "Bismillah."

PRAAK!
“Alhamdulillah ada tiga ratus lima puluh ribu” kata Melly sambil menyapu pecahan celengan. “Aku beli kartu ucapan dan kertas kado saja dulu” gumam Melly.
Dia pergi ke tempat fotocopy terlengkap dekat rumahnya. Tak lupa pintu rumah dia kunci. Juga kunci dia kantongi di saku bajunya.
Sesampainya di tempat fotocopy, Melly menunggu seorang pelayan di tempat fotocopy itu menghampirinya. “Dik, mau beli apa?” Tanya pelayan itu ramah. “Kartu ucapan sama kertas kado” jawab Melly.
“Oh tunggu sebentar ya, dik” ucap pelayan itu sambil meninggalkan Melly. “Ini dik” pelayan tadi datang kembali dengan sebungkus kartu ucapan. “Kalau kertas kado ada di kardus itu ya, dik” lanjut pelayan itu sambil meninggalkan Melly.

“Ah, yang warna pink ini saja” gumam Melly sambil mengambil kartu ucapan berwarna pink dengan gambar seorang anak perempuan memeluk ibunya, diatasnya ada tulisan ‘happy birthday mom’
“Mas, saya beli kartu ucapan yang ini dan kertas kado warna pink bergambar kue tart dan bertulis ‘happy birthday’ itu” Melly menunjukkan kertas kado  dan kartu ucapan yang diinginkanya. “Baik, jadi tujuh belas ribu” kata ma situ. “Okay, ini uangnya pas ya” Melly menyerahkan selembar uang sepuluh ribu, selembar uang lima ribu, dan selembar uang dua ribu” pada mas tadi.
Setelah selesai berbelanja, Melly berjalan pulang menuju rumahnya. Tetapi, dia tertarik dengan toko  yang menjual alat masak. Ada panci, oven, dan masih banyak lagi. Melly tersenyum senang. Dia sudah tahu apa yang akan dia berikan pada mamanya. Melly segera menuju toko alat masak itu. Dia memebeli beberapa alat masak yang  Melly perlukan dan tak ada dirumahnya.
Tak lupa, Melly juga membeli tepung terigu, gula, mentega, bakin powder,  choco cips, dan telur. Setelah membeli bahan-bahan, Melly pulang kerumahnya. Sesampainya dirumahnya, Melly membuka belanjaanya dan mengambil buku resep milik mamanya.
“Ini dia, cara membuat muffin cokelat” pekik Melly senang. Ternyata, Melly akan membuat muffin cokelat sebagai hadiah ulang tahun mamanya.
Dengan semangat, Melly mencampur bahan demi bahan dengan hati-hati. Adonan itu pun ditaruh di sebuah cup kecil dan dimasukkanya cup yang berisi adonan itu kedalam oven.
TRIING!
“Waah sudah matang” sorak Melly sambil berlari menuju dapur. Dia dengan semangat membuka tutup oven. Bau muffin tercium diseluruh dapur Melly. “Sekarang tanggal berapa sih?” Melly melihat kalender. “Wow! Tanggal 24 November, hari ulang tahun mama” Melly segera meletakkan nampan berisi muffin-muffin cokelat di meja makan. Dia segera menulis kartu ucapan.

Krieek..pintu rumah dibuka. Seorang perempuaan cantik datang sambil membawa kantong belanjaan, mama. “Lho, Melly? Dimana kamu nak?” Mama terkejut ketika lampu ruang tengah mati, Melly pun tidak ada.
“Happy birthday, mama” Melly muncul dari balik lemari dan langsung memeluk mamanya. “Oh, makasih Melly” mama memeluk Melly erat. “Mama, ikut Melly ke dapur” pintaku sambil menarik tangan mama menuju dapur. “Oke” jawab mama singkat.
 “Surprise, ini untuk  mama” Melly menyerahkan satu cup kecil muffin untuk mama. “Terimakasih Melly, ini sangat enak” puji  mama sambil menggigit muffin buatan Melly. “Terimakasih” aku tersipu.  
“Kamu membuatnya sendiri?” Tanya mama tak percaya. “Tentu saja, untuk mama” jawabku sambil mengedipkan mata. “Happy birthday” Melly mencium kedua pipi mamanya penuh kasih sayang.
“Ini hadiah terindah buat mama” mama terharu. “Mama, I love you” ucap Melly sambil memeluk mamanya erat. “I love you to Melly” mama balas memelukku erat.
“Muffin cokelat buatan Melly memang enak” puji mama pelan. “Thanks, ma” Melly tersenyum bahagia dipelukan mamanya.


FRIEND FOREVER



C


Lara menatap sekeliling kelas VA. Clara adalah murid pindahan dari Bandung. Dia adalah anak yatim piatu. Clara pindah ke sekolah Taman Siswa enam bulan yang lalu.

Dulu, saat Clara masih tinggal di bandung ia diadopsi seorang ibu muda bernama tante Lika. Tante Lika mengadopsi dan membawa Clara ke Jakarta tempat tinggalnya. Clara pun diasuh olehnya. Selang beberapa bulan, Clara mendapat berita buruk. Tante Lika meninggal karena tragedi tabrak lari. Menurut cerita, saat itu tante Lika sedang menyebrang. Tiba-tiba sebuah mobil Mercedes-benz berwarna hitam melaju kencang dan menabrak  tante Lika. Tante Lika pun dibawa kerumah sakit terdekat. Pelaku kabur dan sampai sekarang belum ditemukan. Sayang sesampainya di rumah sakit, tante Lika sudah tiada.

Clara yang sedang sekolah di Al-Azhar pun ditelepon dan diminta segera ke rumah sakit Global tempat tante Lika di baringkan. Clara pun diantar pak Bambang sopirnya, pergi ke rumah sakit Global. Disana, Clara menangis sejadi-jadinya. Clara pun menjadi yatim piatu kembali. Suami tante Lika sudah dua tahun yang lalu meninggal. Beliau terkena serangan jantung.
Semenjak itu, Clara diasuh di panti asuhan di kota Jakarta. Pengasuhnya bernama Mrs. Werse. Beliau orang yang baik dan penyayang. Clara sangat senang berada dip anti asuhan itu.
Mrs. Werse menginginkan Clara mendapat  beasiswa di sekolah Taman Siswa yang berjarak tak jauh dari panti asuhan itu. Akhirnya, Clara bisa mendapat beasiswa dan bersekolah di sekolah Taman Siswa dengan gratis.
“Clara, hei jangan melamun” tegur sebuah suara. Lamunan Clara terbuyar. Di depanya, berdiri seorang anak perempuan berjilbab putih sedang tersenyum kearahnya. “Eh, Sazia kenapa?” tanya Clara balas tersenyum. “Ayo kita ke taman, aku mau mencari udara segar” ajak Sazia sambil menarik tangan Clara. Tas yang tadinya digendong di punggungnya sudah ditaruh dibangku samping Clara.
“Em, tadi kenapa kamu melamun?” tanya Sazia heran sekaligus penasaran. “Aku, mengingat tante Lika, mama yang dulu mengadopsiku” jawab Clara jujur. “Clara, aku turut berduka, tapi kamu harus ikhlas agar tante Lika tenang di alam sana” saran Sazia bijak. “Iya Saz, tapi tetap saja aku terus mengingatnya, aku masih sedih” Clara menunduk. “Clara, sudah kita lanjutkan nanti setelah bel istirahat” Sazia mengakhiri pembicaraanya dengan Clara.

KRIING! KRIING!
Sekarang, bel tanda masuk berbunyi. Semua anak segera masuk ke kelas masing-masing. Begitu pun dengan Sazia dan Clara. Mereka memasuki kelas sambil bergandengan tangan dan senyum manis.

Pagi ini, Clara bangun pagi dengan semangat. Dia dan Sazia akan lari pagi bersama. Mereka ketemuan di taman.
Byar! Byur! Clara mandi dengan semangat. Selesai mandi, Clara segera memakai pakaian. Dia mengenakan baju panjang berwarna biru muda, celana berwarna biru muda, jilbab berwarna putih, dan flat shoes berwarna putih. Clara tak lupa memakai bedak dan liontin berwarna putih dengan  bentuk hati berwarna pink di tengahnya.
"Oke, aku sudah siap” Clara menyambar tas pink kecil dan handuk  kecil. “Pagi Mrs. Werse” sapa Clara sambil tersenyum. “Pagi Clara” balas Mrs. Werse . “Sarapan nak?” Mrs. Werse menawarkan.
“Nggak Mrs, mau sarapan bareng Sazia” jawab Clara. “Oh, sudah punya teman” goda Debra adik di panti asuhan Clara yang sedang memotong wortel. “Sudah dong Debra” jawab Clara tersipu. “Ya, sudah Clara pergi ya Miss” pamit Clara sambil mencium punggung tangan Mrs. Werse.
“Duh, mana Sazia ya?” gumam Clara. “Hai, Clara ya” seseorang menepuk pundak Clara. Clara menoleh. “Sazia kamu lama banget” Clara mencubit pipi Sazia gemas. “Ups! Aku kelamaan ya” Sazia menggaruk kepalanya. “Kamu nggak nyadar?” Clara gemas. Sazia menggeleng.

“Ya sudah yuk kita lari pagi” ajak Clara. “Tapi kita sarapan dulu, lapeer” Sazia mengelus perutnya. “Hahaha yuk ada bubur ayam tuh” Clara menghampiri pedagang bubur ayam.
“Mang, bubur ayamnya dua porsi ya” ujar Clara. Penjual bubir ayam mengacunhkan jempol. “Kamu belum makan?” tanya Clara. Sazia mengangguk malu.
“Nah, buburnya sudah datang, makan dulu” Clara mengambil sendok dan garpu lalu mulai menyuapkan sesendok bubur. Begitupun dengan Sazia. Dia begitu semangat menyuapkan sesendok bubur ke mulutnya.
Setelah memakan bubur masing-masing sampai habis, mereka segera melanjutkan lari pagi. Sesekali diselingi ngobrol dan bercanda. Mereka terlihat sangat akrab seperti sahabat lama.
“Sazia aku mau pulang dulu ya” pamit Clara. “Ya, sudah sampai nanti” Sazia melambaikan tanganya. Clara memang ada acara ulang tahun Vina, kakak Clara.
“Clara, ganti bajumu” perintah Mrs. Werse. “Okey, Mrs” Clara segera menuju kamarnya dan membuka lemari bajunya. “Pakai gaun pink ini saja, atau gamis merah jambu ini ya” gumam Clara dalam hati. “Clara pakai gaun pink  aja ya” Mrs. Werse berseru dari dalam kamar. “Oke Mrs” Clara segera mengambil gamis merah jambunya. Dia memakainya dengan hati-hati agar tidak kusut. “Nah pakai gelang mutiara ini jadi lebih cantik” Clara mematut dirinya di depan kaca riasnya.
Ya, Clara memang cantik dengan gaun pink dan bando berwarna pink juga dan aksesoris gelang mutiara yang melingkar di pergelangan tanganya. “Clara sudah siap belum?” tanya Mrs. Werse sambil membuka pintu kamar Clara. “Sudah Mrs” Clara segera memakai flat shoes pink nya. “Ya, sudah ayo ke halaman belakang” Mrs. Werse menggandeng tangan Clara menuju halaman belakang yang luas. Di halaman belakang beberapa anak sudah berkumpul. Halaman belakang pun sudah dihias seindah mungkin.
Ada balon berwarna-warni yang ditempelkan di pohon mangga, ada pita warna ungu yang menghiasi meja yang sudah disediakan. Mrs. Werse pun masih sibuk menyusun hadiah. “Mrs. Mau ku bantu?” tawar Clara. “Tolong tempelkan pita ini di kursi itu” perintah Mrs. Werse. Beliau masih sibuk menyusun  hadiah yang segunung tingginya( Nggak segitunya sih)
“Velicia, panggilkankan adikmu, Vina” suruh Mrs. Werse. “Baik Mrs,” kak Velicia mengangguk sambil berjalan menuju kamar Vina. Velicia adalah kakak tertua. Kak Velicia berumur 17 tahun, sedangkan kak Vina berumur 14 tahun. Clara sendiri berumur 11 tahun.
“Semuanya sembunyi, ini pegang terompet satu-satu” perintah Mrs. Werse sambil memberikan terompet warna-warni. Setelah mendapat terompet masing-masing, semuanya mencari tempat yang cocok untuk bersembunyi. Ada yang dibawah meja, dibalik pohon, bahkan ada yang diatas pohon apel.
“Surprise..happy birthday” anak-anak memeluk Vina. “Terimakasih I love you all” Vina tersenyum haru. “Happy birthday to you..happy birthday..happy birthday…happy birthday to you..” semua menyanyikan lagu ‘happy bithday’ untuk Vina.
“Tiup lilinya Vina” pinta Mrs. Werse. Setelah Vina meniup lilin, Mrs. Werse membagikan kue black forest itu pada anak panti asuhan Cinta Kasih itu. “Setelah mememakan kuenya, Vina bisa membuka kado ” Mrs. Werse menyusun hadiah yang menumpuk itu di meja. Kue ulang tahun dibawa masuk ke kulkas untuk dimakan esok harinya.
“Ini dariku kak” Clara menyerahkan kado yang kertas kadonya bergambar kue ulang tahun dengan tulisan-tulisan ‘happy birthday’
“Oke, apa ini?” kak Vina merobek kertas kado yang  melekat erat ke kado. “Waah, sebuah jam tangan mickey mouse, aku suka sekali” kak Vina memeluk Clara. “Thank you Clara” kak Vina menaruh kotak berisi jam itu disampingnya.
Besok adalah hari minggu. Biasanya Clara membantu Mrs. Werse membuat kue untuk dijual keesokan harinya. Tetapi, malam ini Clara lebih memilih membaca buku novel miliknya.
Besoknya, Clara mandi dan sarapan. Lalu dia pergi ke rumah Sazia yang tak jauh dari panti asuhanya. Clara mengetuk pintu rumah Sazia sambil mengucap salam.
Keluarlah ibu Sazia. “Halo tante Ike, ada Sazia?” tanya Clara sopan. “Tentu Clara, Sazia sedang di kamarnya masuk saja” ujar tante Ike, mama Sazia. “Halo Sazia” sapa Clara sambil membuka pintu kamar Sazia.
“Clara? Ngapain kamu ke rumahku, sampai masuk kamarku segala, sana pergi” usir Sazia ketus. “Ta.tapi..Sazia..aku ingin main” ujar Clara lesu. “Tidak ada tapi-tapian sana..pergi!” Sazia mendorong Clara sampai terjatuh ke lantai kamar Sazia.
“Baik kalau kamu tidak mau bermain denganku! Aku akan pergi, kamu memang jahat” isak Clara sambil membuka pintu kamar Sazia. “Tunggu! Maafkan aku Clara, aku salah, mau memaafkanku?” Sazia memeluk Clara. “Tentu, dengan satu syarat” Clara tersenyum. “Beritahu aku, ada apa denganmu” Clara balas memeluk Sazia. “Tentu” Sazia mengangguk.
“Clara aku ingin bercerita sesuatu” Sazia menunduk. “Ada apa? Ceritakan saja” Clara penasaran. “Bundaku adalah seorang penyelam, beliau sering pindah-pindah tugas, besok aku akan diajak ke Amerika selama satu tahun” cerita Sazia sambil menagis. “Tenang saja, aku akan selalu mengingatmu” Clara tersenyum kecil. “Kamu memang sahabat terbaik” Sazia tersenyum bahagia. “Thank you” Clara tersenyum simpul.
Pagi ini hari senin. Clara segera mandi dan sarapan. Tetapi saat sarapan, Clara teringat kalau Sazia akan pergi ke Amerika hari ini. Dia segera mengambil handpone nya dan menelepon Sazia.
“Halo Sazia? Jadwal penerbanganmu jam berapa?” tanya Clara saat telepon sudah tersambung. “Aku jam 4 sore Clara, tenang kita bisa menghabiskan waktu di sekolah” jawab Sazia menenagkan hati Clara yang gundah. Telepon dimatikan oleh Sazia.
“Clara, ayo cepat  sekolah” suara Mrs. Werse terdengar dari telinga Clara. Clara segera menyambar tas sekolahnya yang sudah terisi makanan, buku pelajaran, dan alat tulis.
Sesampainya di sekolah Clara segera menuju kelasnya. Kelasnya sudah ramai dengan anak-anak yang sedang mengobrol dan bermain. Clara mencari-cari sosok Sazia. Terlihat Sazia sedang duduk dibangkunya dengan murung. Sepertinya dia sedih kerena harus meninggalkan sahabat-sahabatnya di Jakarta.
“Halo Sazia” sapa Clara sambil mengembangkan senyumnya. “Pagi Clara” balas Sazia lesu. “Sudahlah Sazia, kamu tidak usah sedih, nanti kan kita bertemu lagi” Clara menenangkan sambil duduk disamping Sazia. “Ya, tapi aku tetap sedih” Sazia menunduk. “Aku sedih kerena meninggalkanmu, aku pasti rindu” lanjut Sazia sambil memeluk Clara. “Aku juga sedih, karena ditinggal kamu, tapi aku harus ikhlas” Clara tersenyum.
Kriiing! Kriiing!
Bel masuk berbunyi, semua anak duduk rapi dibangku masing-masing menunggu kedatangan
Mrs. Angelie wali kelas mereka. Mrs. Angelie adalah seorang guru yang cantik, manis, penyabar, baik hati, penyayang, pokoknya komplit deh!
Tak terasa pelajaran telah usai. Seluruh murid-murid menaruh buku pelajaran mereka di loker pribadi mereka. Setelah bel berbunyi, seluruh murid berhambur keluar kelas untuk mencuci tangan mereka lalu menyantap makanan masing-masing.
Clara dan Sazia memakan bekal mereka di kelas. Mereka sesekali mengobrol dan bercanda. “Sazia, aku ingin memberimu sesuatu” Clara mengaduk-aduk isi tasnya. “Nah ini dia” Clara menyerahkan kotak besar berwarna merah pada Sazia. “Waah..thank you, aku juga punya sesuatu untukmu” Sazia mengeluarkan kotak besar bersampul kertas kado dari tasnya. “Ini, terimalah” Sazia menyerahkanya pada Clara. “Terimakasih, Sazia” Clara tersenyum bahagia.

 Pagi ini, Clara akan berpisah dengan Sazia.“Mrs. Werse, aku sudah siap” Clara menghampiri Mrs. Werse yang sedang duduk di ruang santai. “Kamu cantik Clara” puji Mrs. Werse. “Terimakasih, ayo pergi Miss” Clara menggandeng tangan Mrs. Werse menuju halaman depan panti asuhan.
“Kemana kita?” Tanya Mr. Sir adik Mrs. Werse. “Kita ke bandara Halim Perdanakusuma” jawab Mrs. Werse. Mrs. Sir segera mengemudikan mobil menuju bandara.
Di bandara, Clara segera menuju kursi tunggu. Ia akan  menunggu Sazia. Clara menunggu sambil bermain game online di hpnya. “Clara, ini Miss bawakan minuman” Mrs. Werse menyerahkan satu kaleng cola pada Clara. “Thanks Miss” jawabku masih sibuk bermain game. Sesekali Clara meneguk minuman kaleng cola yang dibelikan Mrs. Werse.
Tiba-tiba, seorang anak perempuan mengahmpiriku. “Halo Clara, ini aku Sazia” anak itu memelukku. “Sazia, ya ampun lama banget sih” protesku. “Aku tadi nyariin kamu sama Mrs. Werse” jawab Sazia sambil duduk disampingku.
Baru 15 menit kami mengobrol. Pesawat Sazia sudah datang. Sazia pun pamit padaku. “Kabari aku ya, jangan lupakan aku” kataku sambil melambaikan tangan saat Sazia beralih untuk chek-in dan mengurus bagasi  “Tentu Clara, aku tidak akan melupakanmu bye” balas Sazia sambil melambaikan tangan.

Tapi, aku sudah tidak sedih. Sazia hanya setahun di Amerika, insya Allah aku bisa bertemu lagi dengan Sazia. Aku berharap, aku dan Sazia menjadi FRIEND FOREVER

Rabu, 02 Mei 2018

Jangan Mengeluh dan Jangan Bohong



“Assalamualaikum. My name is Vellycy Rohmanita, I come from Indonesia” seorang anak berjilbab memperkenalkan diri saat upacara berlangsung. “Baiklah Velly, dengar-dengar kamu itu penulis terkenal, buku apa saja yang sudah terbit?” Tanya ibu kepala sekolah. “Love My Sister, Say no to bullying, Ammie is my little sister, and Cookies girls” jawab Vellyza santai. “Baiklah, kamu sekarang sedang membuat novel apa?” Tanya ibu kepala sekolah. “Saya membuat novel Velly’s Story” jawabnya lagi. “Waaw Amazing, baiklah kamu masuk kelas V-B ya” bu kepala sekolah mengakhiri obrolan. Upaca bendera selesai dan barisan dibubarkan. SD Diligent School adalah sekolah mahal yang mewah dan terkenal dengan fasilitas yang luar biasa. Hanya anak yang kaya dan berprestasi saja yang masuk sekolah itu.

“Halo Vellyza, aku Annly Princsella Queenza, panggil Annly” aku menjabat tangan Velly. “Apa? Kamu mau berkenalan denganku? Liat dong siapa kamu dan siapa aku” ujar Velly sombong sambil membuang muka. Aku hanya menunduk. Rupanya Velly sudah tahu bahwa aku adalah anak seorang pak Tomy, tukang kebun rumah Cilla. Cilla adalah anak orang kaya yang rumahnya tak jauh dari gubuk yang ditinggali aku, kakakku, dan kedua orangtua ku.

Sebenarnya, aku bisa sekolah di SD Diligent  School karena saat TK aku adalah murid berprestasi sehingga mendapat beasiswa di sekolah ini.

Saatnya jam pelajaran Bahasa Arab, pelajaran yang sangat kusuka. Aku menunggu Ustazah Fanny dengan sabar. “Assalamualaikum Friend, hari ini kita akan belajar membaca Al-qur’an, bagi yang sudah bisa langsung berbaris di depan ustazah, dan yang belum bisa tetap duduk di mejanya” ustazah Fanny tersenyum sambil menghitung murid-murid yang bisa membaca Al-qur’an.

“Ustazah, saya tidak ingin ikut pelajaran Bahasa Arab, ustazah tidak bisa memaksaku karena aku seorang penulis dan papaku adalah seorang Jenderal,” ancam Velly sambil mengangkat tangan. Ustazah Fanny hanya tersenyum datar, tak menghiraukan. Velly terlihat sangat kesal karena perkataanya tidak digubris.

“Velly, kamu nggak boleh gitu, kalau belum bisa ya belajar kali” celetuk Chacha yang sedang bangkit dari tempat duduknya menghampiri ustazah Fanny. Velly hanya mencibir.

Setelah bel pulang berbunyi, aku segera menghampiri kelas 5-A. Aku ingin pulang bersama Nuna. Nuna adalah sahabat pena ku dulu yang pindah dari Indonesia ke Italia. “Nuna, pulang bareng yuk” ajakku ramah. ”Maafkan aku Annly, aku ada urusan bersama Velly” jawab Nuna sambil menggendong ranselnya.

Aku membuntuti Nuna yang berjalan bersama Velly. “Kita, foto dulu di depan rumah mewah di dekat rumahku, biar kelihatan rumahku besar gitu lho” seru Velly dengan muka sinis.

Kami terus berjalan hingga akhirnya sampai di sebuah rumah bercat putih berlukis bunga Mawar dan Tulip di dinding pintu masuknya. “Nah, ayo rumahku nggak jauh lagi dari sini kok” ujar Velly.

“Nah kita bikin status Facebook dulu yuk” Velly mengambil hp nya dari tas selempangnya. “Hallo, Friend kali ini ada bintang tamu di video kali ini, Nuna Rafanza, model cilik majalah anak, kita akan berjalan menuju rumah Velly yang megah, modern, keren, besar, dan tentunya sangat bagus” seru Velly di depan kamera smartphone nya. “Vel, kamu berlebihan banget deh,” tegur Nuna pelan. “Maksudmu terlalu berlebihan karena rumahku kecil dan kumuh?” Velly mulai naik darah. Nuna hanya menghela napas panjang.

“Nah, sudah sampai kamu mainnya sampei zuhur aja ya” pinta Velly sambil membuka gerbang kayu rumahnya. Rumah Velly bercat kuning susu, pagarnya terbuat dari kayu, di teras tampak tempat duduk bambu berjumlah dua yang panjang, rumahnya bertingkat satu. “Velly kemana saja kau? Ibu cari ke rumah Lula tak ada” omel ibu Velly dengan muka garang.

“Velly jemput Nuna dulu bu” jawab Velly pelan, mukanya pucat pasi. “Nuna si model anak? Masuk ayo masuk dulu” ibu Velly yang bernama tante Misari mempersilahkan Nuna duduk di bangku bambu. “Tante, Nuna boleh main sampai sore?” Tanya Nuna sopan. “Tidak, zuhur kamu harus pergi dari sini” tegas tante Misari galak.

Nuna hanya terdiam. Velly dari tadi membisu. “Baiklah, saya bikinkan es teller ya” tante Misari berjalan masuk kerumah. Velly menunduk. “Maaf ya Nun, kamu nggak boleh main disini sampe sore, aku merasa bersalah” kata Velly pelan namun terdengar jelas di telingaku dan Nuna. Aku memang bersembunyi di semak di depan pagar kayu rumah Velly. Nuna masih terdiam.

“Velly masuk nak, Nuna tetap di teras” suara tante Misari memanggil Velly dengan suara keras. Velly berlari masuk kedalam. “Hari ini kita akan mendapat banyak uang hasil copet bapak dan nasi uduk basi ibu laris manis” cerita tante Misari senang. Velly masih terdiam. “Kenapa? Kamu nggak seneng? Kurang apalagi hah!” ibu Velly terlihat marah besar. Velly menangis lalu segera berlari menuju teras. “ Nuna, pergi Nuna sebelum kamu disakiti ibuku, pergii” teriak Velly keras. Nuna yang tak mengerti apa-apa langsung berlari meloncati pagar kayu. Aku segera bersembunyi dibalik pohon Rambutan.

“Velly, apa yang kau lakukan? Kenapa kamu mengusir mangsa kita? Kamu memang tak tahu diuntung” marah tante Misari. “Hahaha, ibu mau saja ditipu, aku kan sengaja biar Nuna tuh pergi, tuh bapak sudah datang” Velly menunjuk laki-laki paruh baya yang sedang membawa tas berisi jutaan uang. “Bapak pulang..” bapak itu melambaikan tanganya.

“Bapak, wah akhirnya pulang juga” sambut ibu Velly. “Ayo cepat kita ke ruang tamu” ajak bapak disambut anggukan Velly dan ah ada anak perempuan yang wajahnya mirip dengan Velly. Siapa itu?
“Viclly, cepat bantu adikmu angkat koper-koper pakaian ini” perintah ibu Velly kasar. Viclly dengan sabar mengangkat dua koper yang dibawa bapaknya itu. Ternyata Viclly adalah kembaran Velly. Tetapi, kenapa mukanya sama dengan Velly dan lebih mirip dengan yang di foto di back cover buku?
“Bu, Velly lapar” rengek Velly. “Ok! Minta adikmu masak sup ayam dengan porsi jumbo untuk ibu dan bapak juga” saran ibu Velly. Velly hanya mengangguk dan segera saja dia menghapiri adik kembarnya, Viclly yang sedang mengangkut kardus berisi emas dan aksesoris untuk ketiga prempuan di rumah itu. Dan ada juga berpuluh kotak sepatu untuk anggota keluarga kecil itu.

“Dik, tinggalkan itu, masak dulu buat makan malam nanti dibantu kakak” kata Velly sambil menarik tangan Viclly. Viclly hanya pasrah sambil menuruti kemauan kakaknya itu. Viclly memang jago memasak, sedangkan Velly tidak.

“Hei! Viclly kok masakannya asin banget sih?” bentak bapaknya murka. “Lho? Garamnya medium kok pak, Velly, kamu nambahin ya?” tuduh Viclly sambil menunjuk Velly yang sedang menikmati ayam panggang. “Enggak kok,” jawab Velly santai. “Baiklah, sudah sekarang cepat buat karangan untuk Velly untuk diterbitkan” suruh ibunya kasar. Viclly hanya mengangguk menuruti kemauan anggota keluarganya. Aku yang mendengar dan melihatnya sangat tersentuh. Selama ini aku selalu mengeluh dengan hidupku yang miskin dan susah padahal ada yang lebih susah lagi.

Aku segera pulang. Memori kameraku sudah penuh karena kebanyakan foto yang aku ptret saat kejadian. Saat aku membuka pintu depan, aku disambut oleh nenek dan ibu  yang sedang menikmati es buah. “Selamat sore Annly, cepat habiskan es buah ini, ibu yang buat lho” ibu sedikit membusungkan dada.

“Lho, kakek dan bapak mana?” Tanyaku heran. “Eem, ke masjid dong” jawab nenek. Aku menepuk dahi. “Kamu kenapa kok telat pulang?” Tanya nenek heran. “Begini, tadi Ann buntutin Velly kerumahnya, ternyata blabla..” aku bercertita dengan heboh. “Ya ampun jadi yang nulis itu bukan Velly tatapi adik kembarnya, dan rumahnya itu bohong” tukas nenek sebal. Aku mengangguk geram.
Keesokan harinya…

“Waah hebat kamu bisa tahu kalau Velly itu bukan penulis asli” puji Karima salut. “Iya kamu memang pinter deh” puji Andi, anak kelas 5-A. Aku hanya tertawa kecil.  Aku melirik Velly yang sedang dikerubungi  ibu kepala sekolah, dan beberapa teman-teman.
Nah, intinya sekarang kalian jangan pernah mengeluh dan jangan bohong. Kalian tidak tahu kan kalau masih banyak orang yang susah daripada kita. Dan satu lagi jangan bohong. Bohong tak ada gunanya bagi kita. Sekecil apa pun kebohongan, pasti terbongkar. Ingat itu!

Note : tulisan ini juga di muat di web sekolah http://labschoolfipumj.sch.id/jangan-mengeluh-dan-jangan-bohong/

KASIH SAYANG BUNDA

“Hani tolong ambilkan obat bunda dong cantik” pinta bunda dari kamarnya. Aku yang sedang membaca komik baruku segera bangkit dan menuju ...